Kisah Pengajar Muda di Pulau Perbatasan yang Jauh Dari Keluarga
Program Indonesia mengajar yang
mulai digagas oleh Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan sejak 2010 lalu memang
dapat dikatakan sukses besar. Bahkan setiap tahunnya ada ribuan sarjana yang
berhasil ditempatkan di berbagai daerah terpencil di Indonesia. Salah satunya
adalah Ines Faradina yang rela menjadi pengajar muda di perbatasan pulau yang
jauh dari keluarga tercinta.
Alasan mulia dibalik keinginannya menjadi pengajar muda
Ternyata Ines Faradina sudah
tertarik dengan program Indonesia mengajar ini semenjak program tersebut
diluncurkan pada tahun 2010 lalu. Semenjak duduk di bangku SMA, ketertarikan
Ines dengan dunia pendidikan dan sosial kian meningkat. Bahkan mimpi Ines
sendiri adalah mendirikan rumah belajar bagi anak-anak yang kurang mampu dan
anak-anak berkebutuhan khusus.
Ines Faradina merupakan lulusan
sarjana Sastra Inggris dan ingin terus menularkan ilmunya yang sudah ia
peroleh selama ini ke berbagai daerah terpencil di Indonesia. Ines juga
berharap jika dirinya mampu memotivasi banyak orang bahwa Indonesia itu luas
dan kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Susahnya akses di perbatasanpulau kerdau menjadi tantangan utama
Pulau Kerdau sendiri terletak di
Provinsi Kepulauan Riau tepatnya di Kabupaten Kepulauan Natuna. Bahkan Anda
sendiri tak akan bisa menemukannya di peta karena Pulau Kerdau terbilang cukup
kecil. Akses jalan menuju Pulau Kerdau juga terbilang sulit untuk ditempuh.
Namun dengan tekad kuatnya Ines mampu membuktikan bahwa dia mampu meski Ines
seorang perempuan.
Pulau Kerdau merupakan pulau kecil
yang hanya dihuni oleh 70 kepala keluarga. Bahkan rata-rata penduduknya
bekerja sebagai nelayan. Ines Faradina sendiri mengajar di satu-satunya
sekolah dasar yang hanya terdiri dari 28 hingga 31 siswa. Mata pelajaran yang
diampu oleh guru muda ini adalah Matematika dan Bahasa Indonesia.
Harapan ines tentang pulaukerdau yang menyimpan banyak potensi
Harapan Ines untuk Pulau Kerdau
sendiri tak muluk, Ines hanya ingin Pulau Kerdau lebih dikenal oleh masyarakat
luas. Minimal orang Nanuna mengenalnya. Selain itu Ines juga berharap sinyal
komunikasi yang ada di Pulau Kerdau dapat ditingkatkan lagi agar masyarakat
sekitar dapat mengenal daerah luar dan lebih peka terhadap perubahan teknologi
yang ada.
Tak Ada Listrik dan Sinyal di Pulau
Kerdau
Faktanya hanya ada beberapa
jaringan operator yang bisa tersambung di Pulau Kerdau ini. Bahkan terkadang
sinyal tersebut dapat hilang selama 1 hingga 2 bulan. Lantas bagaimana cara
Ines mengobati rasa rindunya dengan keluarga? Demi mengobati rasa rindunya
dengan keluarga, Ines rela berkeliling pulau untuk mencari sinyal atau bahkan
pergi ke pelabuhan.
Meski di Pulau Kerdau sendiri belum
ada aliran listrik, namun hal ini justru membuat kebersamaan antar
pendudukannya semakin terjalin. Di Pulau Kerdau sendiri listrik hanya tersedia
setiap pukul 18.00 hingga 22.00. Hal ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
menonton siaran televisi. Selebihnya mereka gunakan untuk bercengkrama dan
bermain voli di sore hari.
Sayur dan lauk menjadi barang langka
Di Pulau Kerdau sendiri hanya ada 4
toko yang menjual berbagai barang kebutuhan pokok. Sedangkan untuk bahan
makanan seperti sayuran dan lauk, para masyarakatnya harus rela bekerja
serabutan. Lauk seperti tahu dan tempe sangat jarang ditemukan. Bahkan untuk
memenuhi kebutuhannya, masyarakat harus rela menunggu kapal makanan dari
Kecamatan.
Itulah kisah Ines Faradina guru
muda yang rela mengajar di perbatasan pulau. Kisah Ines sendiri tentunya dapat
menjadi inspirasi untuk kita semua. Berat tekad dan kerja kerasnya, tak heran
jika Ines layak mendapatkan asuransi wakaf berlipat berkah dari Allianz untuk bisa umroh gratis. Nah Anda
sendiri sudah berbuat apa untuk orang lain? Terlebih lagi untuk Indonesia.
0 Response to "Kisah Pengajar Muda di Pulau Perbatasan yang Jauh Dari Keluarga "
Post a Comment