Mengapa Isolasi Mandiri Baik untuk Pasien COVID-19?


Jika mengacu pada data WHO, saat ini ada sekitar 7,5 juta orang yang terinfeksi COVID-19. Meski tak ada data pasti berapa persen orang yang dirawat di rumah sakit karena coronavirus, namun dapat diperkirakan jumlah di seluruh dunia melebihi satu juta orang. Melansir situs Alodokter, salah satu kriteria pasien yang diperbolehkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah adalah orang yang sudah melakukan rapid test dan hasilnya positif namun tidak mengalami gejala. Penderita seperti ini dapat menggunakan jasa  pemulihan pasien COVID-19 di rumah Homecare24 untuk membantunya hingga sembuh.

Layanan pemulihan pasien COVID-19 di rumah

Barangkali Anda bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan layanan pemulihan pasien COVID-19 di rumah. Bernama lain Corona Care, layanan ini merupakan jasa yang ditawarkan oleh Homecare24 untuk membantu penyembuhan dan pemulihan pasien positif COVID-19 di rumah. Keuntungan layanan ini tentu saja agar pasien tidak perlu ke rumah sakit dan melakukan kontak dengan orang lain selama dirinya berstatus positif COVID-19. Dengan demikian, kesembuhannya dapat lebih cepat dan ia tidak menjadi sumber atau carrier virus SARS-CoV-2 untuk orang lain.
Seperti namanya, layanan ini meliputi perawatan secara komprehensif oleh perawat tersertifikasi dan kompeten dari Homecare24. Selama tujuh hingga 14 hari, pasien positif akan dirawat, dijaga, dan ditangani oleh perawat berpengalaman di rumah sendiri.

Alasan isolasi mandiri itu baik untuk pasien positif

Akhir-akhir ini, banyak orang dengan status positif COVID-19 kabur atau menolak untuk dirawat di rumah sakit. Alasannya jelas karena mereka merasa tertekan atas kondisi yang sedang dialaminya. Ya, pasien positif COVID-19 khawatir atas label terinfeksi COVID-19, yang membuat mereka merasa akan dijauhi oleh masyarakat. Padahal, pemulihan tetap perlu dilakukan bukan semata untuk kesehatan diri sendiri, melainkan orang lain di sekitarnya juga.

Namun, selain ketakutan tersebut, ternyata ada penyebab lain yang cukup menghantui pasien positif COVID-19. Alasan tersebut adalah gangguan mental. Rupanya sebagian pasien positif COVID-19 yang dirawat di ICU mengalami psikosis—sebuah gangguan mental yang membuat penderitanya sulit membedakan mana halusinasi dan mana realita—ataupun stres pascatrauma.

David Aaronovitch, seorang wartawan asal Inggris mengungkapkan mengenai pengalamannya pasca perawatan di ICU kepada BBC karena masalah pneumonia. 

Ketika itu Aaronovitch menjadi mudah sekali marah-marah. Ia juga mengalami halusinasi pendengaran. Ia sering kali mengira bahwa ia bisa mendengarkan percakapan yang sebetulnya tidak ada. Ia juga mengkhawatirkan banyak hal tentang dirinya, padahal sebenarnya tak ada apa apa yang perlu dipikirkan.

Aaronovitch menambahkan bahwa di ICU rasanya dia seperti berada dalam teror hina. Namun setelah itu dirinya menyadari bahwa ia banyak orang juga memiliki pengalaman yang serupa dengan dirinya ketika berada di ICU. .

Terkait dengan apa yang dialami oleh Aaronovitch, beberapa peneliti memiliki penjelasan terhadap kondisi itu, di antaranya ialah karena kekurangan oksigen pada otak, penggunaan obat-obat untuk menenangkan dan menidurkan pasien, juga kesulitan tidur bila obat penenang telah dihentikan. Oleh sebab itu, tidak sedikit orang merasa tertekan saat mesti dirawat di rumah sakit sehingga mereka memilih untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.

Dari ulasan diatas, bisa disimpulkan jika rumah memang menjadi salah satu tempat terbaik untuk pemulihan pasien COVID-19. Apalagi dengan bantuan perawat profesional dan andal dari Homecare24, penanganan pasien positif COVID-19 di rumah bukan hanya akan mempercepat proses penyembuhannya semata. Melainkan juga dapat menjaga kesehatan mental pasien.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mengapa Isolasi Mandiri Baik untuk Pasien COVID-19?"

Post a Comment